Tuesday 24 May 2016

Aquaponik tidak lebih murah daripada hidroponik AB Mix

Catatan dari BBQ :  
Tulisan dari Pak Indra Gunawan ini merupakan tantangan bagi kita, para praktisi aquaponik, mudah-mudahan, jika ada salah satu anggota BBQ yang bisa beraquaponik sampai level komersial, atau bisa lebih murah dari hidroponik, dapat berbagi analisa usahanya dan detail SOP nya, muda-mudahan.



Oleh : Pak Indra Gunawan


Saya sebenarnya tidak kepingin menulis ini, tapi, karena sudah ditanya berkali-kali, saya merasa harus menerangkan dengan jelas bahwa adalah tidak benar kalau ada yang bilang aquaponik lebih murah daripada hidroponik, kalau dihitung secara teliti, biaya pembesaran ikannya dan cara pembesaran ikan yang dibutuhkan aquaponik. Memang, secara sekilas, kelihatannya secara logis, aquaponik seharusnya lebih murah dari hidroponik, khan "cuma" memakai kotoran ikan. Tetapi, itu logika orang yang tidak mengetahui aquaponik secara baik dan benar. Di bawah ini, saya akan jabar alasannya satu per satu.

1. Tumbuhan aquaponik tidak bisa hidup dengan “cuma” sembarang kotoran ikan. Itu persepsi yang sangat salah. Tumbuhan aquaponik sama saja dengan tanaman tanah maupun hidroponik, tetap membutuhkan ke 14 unsur yang sama. Kalau kotoran ikan tidak mengandung semua unsur-unsur yang diperlukan, akan terjadi defisiensi. Itu sebabnya kenapa, masalah newbie-newbie yang sangat sering ditemukan di forum-forum aquaponik adalah masalah defisiensi. Oleh karena itu, ikan-ikan di aquaponik membutuhkan makanan yang benar-benar komplit unsur-unsurnya, akibatnya, ikan-ikan tersebut tidak bisa diberi makanan alternatif yang murah saja, tetapi haruslah diberi makanan pellet yang terbaik. Dengan harga pellet seperti itu di daerah saya lebih dari 300 ribu rupiah per karung 30 kg, dan FCR ikan nila di sistem RAS yang dibutuhkan aquaponik setinggi 1.8 (nanti diterangkan lagi di bagian 2), biaya makan untuk ikan nila saja adalah 18,000 rupiah per kg ikan! Itu baru makan saja, ya, tidak termasuk biaya listrik, tenaga kerja dan lain-lain. Akibatnya harga produksi ikannya menjadi jauh lebih tinggi dari peternak biasa, yang sering mengandalkan pakan alternatif seperti roti bs, sosis bs, ayam tiren dll. Jadi, akibat tanaman aquaponik, kita menjadi tekor di biaya produksi ikannya. Sekali lagi, ini karena pakan alternatif sering sekali tidak mengandung semua unsur-unsur yang diperlukan tanaman secara komplit. 

2. Masih berhubungan dengan bagian 1, untuk supaya tanaman bisa mendapat nutrisi yang baik, kotoran ikan yang menjadi nutrisinya, haruslah masih mengandung kadar-kadar yang cukup tinggi, terlebih-lebih di unsur nitrogen. Oleh karena itu, satu-satunya proses pemeliharaan ikan yang dianjurkan di aquaponik adalah RAS (recirculating aquaculture system). Oleh karena itu, nitrogen yang tersedia di pellet tidak bisa didaur ulang seperti dalam system bioflok, karena dibutuhkan oleh tanamannya. Itu menyebabkan nilai FCR yang tinggi, dan kalau di nila, riset-riset di universitas-universitas dunia telah membuktikan membutuhkan FCR setinggi 1.8, kalau pemeliharaan baik. Kalau tidak, bisa lebih tinggi lagi. Ini mengakibatkan harga pakan ikan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan system peternakan ikan yang lain yang lebih efisien, contohnya system bioflok. Ini, sekali lagi, mengakibatkan kita tekor di biaya produksi ikan aquaponik dibandingkan dengan peternakan ikan lainnya.

3. Karena proses yang diperlukan untuk aquaponik adalah RAS, biaya operasional lain-lainnya juga lebih tinggi dibandingkan dengan peternakan ikan lainnya, contohnya di keramba apung, kolam air mengalir dll. RAS membutuhkan pemakaian listrik yang cukup tinggi, termasuk di pompa air yang harus mengalirkan air sebanyak minimal seluruh isi kolam dalam waktu satu jam. Dan, aerasi udara juga diperlukan tinggi, karena selain untuk ikan, juga dibutuhkan untuk bakteri-bakteri pengurainya. Untuk RAS yang sehat, menurut Paul Van Der Werf, ahli aquaponik yang paling terpercaya, dan pen-design dari farm-farm aquaponik terbesar di dunia, dibutuhkan 1.5 watt terpasang per kg ikan yang diproduksi pertahun hanya untuk aerasi saja. Jadi bisa dibayangkan berapa jauh lebih banyak pemakaian listrik untuk system pembesaran ikan di aquaponik dibandingkan dengan peternakan ikan lainnya seperti tambak air berjalan, keramba dll. Sekali lagi, ini membuat kita akan tambah tekor lagi di biaya produksi ikan aquaponik dibandingkan dengan peternakan ikan lainnya.


4. Meskipun kita tidak membutuhkan lagi nutrisi tambahan seperti AB Mix untuk tanamannya, tanaman aquaponik tidak bisa mengandalkan system hidroponik yang paling efisien seperti NFT, dikarenakan kotoran ikan halus yang masih terkandung di dalam air sering bisa menutup jalur air di akar-akar tanaman di NFT dan mengakibatkan air jauh lebih tinggi daripada keharusan NFT yaitu sekitar 6 mm saja. Itu alasannya kenapa aquaponik lebih mengandalkan system-system yang tidak lagi dipakai oleh hidroponik komersial, seperti rakit apung dan growbed, yang jauh kurang sensitif dibandingkan NFT. Kedua system ini membutuhkan listrik yang jauh lebih besar daripada system hidroponik NFT yang lebih efisien, di growbed dibutuhkan jumlah debit air tertentu supaya bell siphonnya bisa bekerja baik, dan di rakit apung untuk aerasi yang cukup banyak. Biaya listrik tambahan tersebut mengurangi keuntungan dari menghemat dari sisi AB Mix. Contoh pemakaian listrik di rakit apung yang 200 m2 saja adalah sekitar 1,000 watt.


5. Karena system rakit apung dan growbed yang disebut di atas membutuhkan jumlah air yang jauh lebih banyak dibandingkan NFT (bisa sampai 10 kali lebih banyak), ketika tanaman aquaponik mengalami kekurangan unsur, penambahan unsur-unsur tersebut menjadi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan hidroponik. Dan, secara umum, sudah diketahui bahwa aquaponik sering sekali kekurangan Fe, K dan Ca. Dengan sendirinya penambahan biaya tersebut mengurangi lagi keuntungan dari menghemat dari sisi AB Mix.

6. Karena pemakaian system yang tidak seefisien NFT, dan juga karena kadar kandungan nutrisi di aquaponik lebih rendah daripada hidroponik, adalah umum kalau hasil aquaponik jarang bisa sebesar hasil dari hidroponik. Ini mengakibatkan keuntungan yang diterima lebih kecil dibandingkan dengan hidroponik.


7. Kompleksitas dari menyeimbangkan system seperti aquaponik adalah jauh lebih tinggi daripada hidroponik, akibatnya kita tidak bisa sembarangan memasukkan orang, dan pekerja yang baik, pastilah membutuhkan gaji yang lebih besar. Akibatnya, biaya tenaga kerja menjadi melambung dan mengalahkan hidroponik.

Dengan point-point di atas, kemudian ditotalkan baik perikanan maupun tanamannya, kelihatan sekali biaya operasional aquaponik adalah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan peternakan ikan konvensional dan pertanian hidroponik, meskipun tanpa kebutuhan AB Mix secara keseluruhan. Itu alasannya kenapa saya katakan “adalah tidak benar kalau ada yang bilang aquaponik lebih murah daripada hidroponik”.

Pernah perhatikan kenapa tanaman-tanaman aquaponik sering lebih kerdil dan lebih kurang dari sisi warna dibandingkan dengan hidroponik (kecuali hasil saya atau hasil Pak Stephanus Nanang Dwianto)? Alasannya adalah karena orang-orang tersebut berusaha menghemat dari pernyataan-pernyataan yang saya sebut di atas. Atau, pernah perhatikan kenapa tanaman yang sering ditunjukkan adalah kangkung? Ini karena kangkung merupakan tanaman yang paling mudah ditanam DAN merupakan tanaman air yang tidak membutuhkan aerasi tambahan. Coba saja minta dibuktikan untuk tanaman Rex atau Theodore. Pasti lain deh dibandingkan dengan hasil hidroponik dalam waktu yang sama.


Lalu, kenapa masih saja ada orang-orang yang ngotot bahwa aquaponik lebih murah? Alasan utamanya adalah karena orang-orang tersebut bisa mengambil keuntungan pribadi dari sisi lain, contohnya, menyediakan “training”, meyediakan “konsultasi” ataupun menyediakan bibit, contohnya bibit ikan. Saya sih nggak keberatan mereka melakukan itu, saya keberatan ketika mereka menyebarkan janji-janji muluk yang tidak bisa dipenuhi. Bagi saya, itu akan merusak nama baik aquaponik di masa depan.